kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%
AKTUAL /

Apa Itu Inklusi dan Contohnya? Ini Kaitannya dengan Disabilitas dan Sekolah Inklusi


Senin, 05 Februari 2024 / 10:55 WIB
Apa Itu Inklusi dan Contohnya? Ini Kaitannya dengan Disabilitas dan Sekolah Inklusi

Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Inklusi adalah salah satu tema yang diangkat dalam debat calon presiden terakhir pada Minggu, 4 Oktober 2024. Arti inklusi adalah berkaitan erat dengan disabilitas. 

Dalam debat capres terakhir Pemilu 2024 tersebut mengusung tema "Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, Inklusi". 

Pada segmen pertama pemaparan visi dan misi, Ganjar Pranowo menyampaikan, jika dia nanti terpilih menjadi orang nomor satu di Indonesia, dia akan membangun akses pendidikan lebih bagus dan inkulusi.

Lalu, apa itu inklusi dan contohnya serta apa kaitannya dengan disabilitas?

Baca Juga: Prabowo Janji Terapkan Sistem Audit Karena Banyak Kebocoran Alokasi Dana Pendidikan

Apa itu inklusi? 

Inklusi adalah konsep bagaimana memberi kesempatan sama kepada semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus, salah satunya untuk belajar di kelas yang sama. Kata inklusi berasal dari bahasa Inggris yaitu inclusion, yang digunakan dalam mendeskripsikan penyatuan bagi anak-anak berkelainan ke dalam program sekolah.

Dikutip dari buku "Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif" oleh Kemendikbud, inklusi adalah sebuah pendekatan untuk membangun lingkungan yang terbuka untuk siapa saja dengan latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda. 

Hal ini meliputi karakteristik, kondisi fisik, kepribadian, status, suku, budaya, dan lain sebagainya. 

Konsep ini selanjutnya berkembang dengan proses masuknya konsep tersebut dalam kurikulum di satuan pendidikan sehingga pendidikan inklusif menjadi sebuah sistem layanan pendidikan yang memberi kesempatan bagi setiap peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang layak. 

Baca Juga: Ganjar Soal Kesehatan Janjikan Satu Desa, Satu Faskes, Satu Naskes

Tujuan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. 

Inklusi sangat erat kaitannya dengan anak-anak berkebutuhan khusus dan penyandang disabilitas. 

Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Baca Juga: Anies Janji Bakal Kembalikan Gagasan Pendiri Indonesia dalam Membangun Negeri

Apa hubungan inklusi dan disabilitas? 

Pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak dengan kebutuhan khusus (ABK) belajar bersama anak normal (non-ABK) dengan usia sebayanya di kelas regular.

Dirangkum dari laman Pustaka.ut.ac.id, dalam lingkungan masyarakat inklusi, masyarakat siap mengubah dan menyesuaikan sistem, lingkungan, dan aktivitas yang berkaitan dengan orang lain,serta mempertimbangkan kebutuhan semua orang. 

Bukan lagi anak penyandang disabilitas yang harus menyesuaikan diri agar cocok dengan masyarakat dan aturan yang ada.

Namun, untuk itu kurikulum harus dapat disesuaikan dengan kelas yang heterogen dengan karakteristik ABK dan regular. Sayangnya, masih banyak guru belum siap untuk menangani anak-anak dikelasnya dengan karakteristik yang berbeda.

Baca Juga: Jelang Debat Terakhir, Prabowo: Saya Dag Dig Dug

Ada beberapa pendapat mendasar yang dikemukakan agar inklusi dapat terlaksana dan terus diperjuangkan (Hallahan & Kauffman, 2006).

1. Melabel anak yang memiliki kebutuhan khusus adalah sesuatu yang berbahaya

Anak yang berada di tempat khusus bagi anak penyandang disabilitas akan mendapatkan label yang menyebabkan menjadi anak yang tidak berharga dan dipandang sebagai penyimpangan dalam masyarakat.

2. Pendidikan yang terpisah bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus tidak efektif

Para guru mengungkapkan bahwa anak-anak yang ditempatkan pada program inklusi akan menunjukkan perbaikan atau keadaan yang sama dalam pengukuran kognitif dan emosional daripada ditempatkan di sekolah-sekolah khusus.

3. Orang yang memiliki keterbatasan harus dilihat sebagai kelompok minoritas

Orang-orang yang mendukung inklusi secara penuh memiliki kecenderungan untuk melihat anak-anak luar biasa sebagai anggota kelompok minoritas daripada individu yang memiliki kesulitan sebagai akibat dari keterbatasan.

Baca Juga: China Minta Ukraina Keluarkan Perusahaan Mereka dari Daftar Hitam Perang

Contoh inklusi dan sekolah inklusi

Contoh inklusi adalah sekolah-sekolah yang dapat menerima anak ABK dengan anak reguler. Biasanya dalam sekolah-sekolah inklusi ini menyediakan guru pendamping khusus. 

Sekolah Dasar (SD) Negeri Tidar 7 menjadi salah satu yang ditunjuk untuk melaksanakan program sekolah inklusi di Kota Magelang. 

Dikutip dari laman Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, ada sembilan siswa berkebutuhan khusus dan mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. Termasuk diantaranya adalah anak hiperaktif, autis, hingga lamban belajar. 

Baca Juga: Kemenhub Susun Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2025

Selama ini ABK mendapatkan pelajaran tambahan dan bimbingan khusus. Kota Magelang mendapatkan jatah alokasi sekolah inklusi diantaranya di SMPN 13 Magelang, SDN Gelangan 7, SDN Tidar 7.

Selain itu, sekolah Citra Alam merupakan sekolah inklusi lainnya yang berada di area Jakarta yang menerima anak berkebutuhan khusus dengan kuota terbatas.

Pihak sekolah sengaja membatasi penerimaan anak berkebutuhan khusus dikarenakan dalam satu kelas hanya akan ada 1-2 murid berkebutuhan khusus. Dengan begitu, anak bisa mendapatkan perhatian khusus dari guru pendamping.

Demikian penjelasan mengenai apa itu inklusi dan contohnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×