Reporter: kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Media sosial diramaikan dengan isu badai Matahari pada 2025 akan menghilangkan akses internet selama berbulan-bulan.
Isu tersebut diunggah oleh akun X @kegblgnunfaedh pada Jumat (24/5/2024) pukul 21.27 WIB. “Bersiaplah ges,” tulis pengunggah.
Hingga Minggu (26/5/2024), unggahan tersebut sudah dilihat lebih dari 458.800 kali, disukai lebih dari 2.500 warganet, dan mendapatkan respons 664 warganet.
Lantas, benarkah badai Matahari 2025 akan memutus akses internet selama berbulan-bulan?
Penjelasan ahli
Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo membantah bahwa badai Matahari 2025 akan menghilangkan akses internet selama berbulan-bulan.
Ia menjelaskan, badai Matahari umumnya terkait banyaknya bintik Matahari dan jumlahnya mencapai maksimum saat berada puncak aktivitasnya.
Menurutnya, suatu siklus aktivitas Matahari panjangnya 10 hingga 11 tahun, sehingga puncak siklus terjadi pada tahun ke 5 atau 6 dari awal siklus.
“Siklus aktivitas Matahari kali ini dimulai pada 2018, sehingga puncak aktivitas diperkirakan terjadi pada 2024 atau 2025. Namun, itu hanya patokan umum,” ujar Marufin kepada Kompas.com, Minggu (26/5/2024).
Baca Juga: Dampak Matahari Muncul Aurora Hingga Gangguan Satelit
Potensi terjadinya badai besar pun bergantung pada luasnya bintik Matahari. Marfuin menuturkan, saat ini sudah ada teknologi helioseismologi dan pengetahuan rotasi Matahari.
Namun, hal itu hanya memungkinkan manusia melacak tumbuh kembangnya badai Matahari ukuran besar atau sangat besar hingga 2-3 minggu ke depan.
“Bibit badai Matahari sebenarnya telah tumbuh di dalam lapisan selubung Matahari dan hal itu bisa dilacak dengan teknik helioseismologi,” ungkap Marufin.
Sementara dalam ranah praktis, prakiraan yang ada pada saat ini, misalnya dari NOAA Amerika Serikat, umumnya disajikan dalam bentuk prakiraan harian.
Prakiraan itu mengklasifikasi potensi terjadinya suar Matahari (flare) dari yang lemah (kelas B), sedang (kelas C), kuat (kelas M) hingga sangat kuat (kelas X).
Baca Juga: Ada Ledakan Saat Gerhana Matahari Total 8 April, Ini Wilayah yang Dapat Menyaksikan
Prakiraan tersebut menjadi pedoman bagi para pemangku kepentingan sedunia.
Saat ini, potensi terjadinya flare kelas X adalah kecil atau kurang dari 5 persen.
Badai Matahari terkuat dalam sejarah
Badai Matahari terkuat sepanjang sejarah manusia terjadi pada 1 September 1859 atau dikenal dengan Peristiwa Carrington.
Dikutip dari Kompas.com, Rabu (15/5/2024), istilah tersebut diambil dari nama seorang astronom, Richard Carrington yang memperhatikan bintik-bintik tidak biasa di permukaan Matahari.
Bintik tersebut kemudian menghantam Bumi 18 jam kemudian dan merupakan badai Matahari terbesar yang pernah terdokumentasi dalam 500 tahun terakhir.
Peristiwa Carrington menyebabkan gangguan komunikasi yang parah dalam penggunaan telegraf global.
Baca Juga: Hari Ini Bakal Terjadi Fenomena Hari Tanpa Bayangan Pertama 2024
Peristiwa itu juga menghasilkan aurora yang terlihat hingga ke selatan Karibia dan memengaruhi kabel-kabel telegraf.
Burung-burung juga dilaporkan terbangun dan bernyanyi dalam cahaya yang terang akibat badai Matahari.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Beredar Isu Badai Matahari 2025 Hilangkan Akses Internet Berbulan-bulan, Ini Penjelasan Ahli"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News