Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masyarakat harus memperhatikan kondisi cuaca saat pelaksanaan Pemilu 2024 pada Rabu, 14 Februari 2024 mendatang. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi cuaca akan cukup dinamis saat Pemilu 2024.
Mengutip Infopublik.id, berdasarkan pantauan dinamika atmosfer, BMKG memonitor dengan model prakiraan cuaca menunjukkan bahwa ada beberapa fenomena atmosfer yang terpantau cukup signifikan dan dapat memicu peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, antara lain:
1. Aktivitas Monsun Asia yang mempengaruhi wilayah potensi pembentukan hujan di wilayah Indonesia Bagian Tengah dan Selatan.
2. Masih aktifnya gelombang ekuator Rossby dan Kelvin di sekitar wilayah Indonesia bagian tengah dan timur turut memicu pembentukan awan hujan.
3. Terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Selatan termasuk Sumatra, Jawa, dan Kalimantan sebagai dampak dari penguatan angin Monsun Asia.
Berdasarkan kondisi tersebut, lanjut BMKG, wilayah yang perlu diwaspadai untuk potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada periode Pemilu 13-15 Februari 2024 terdapat di wilayah:
Baca Juga: 3 Wilayah Jakarta Berpotensi Hujan Dengan Petir dan Angin Besok, Selasa (13/2)
- Kepulauan Bangka Belitung
- Kepulauan Riau
- Riau
- Jambi
- Sumatra Barat
- Sumatra Selatan
- Bengkulu
- Lampung
- Jawa Barat
- Jawa Tengah
- Jawa Timur
- Kalimantan Barat
- Kalimantan Tengah
- Kalimantan Selatan
- Sulawesi Utara
- Gorontalo
- Sulawesi Tengah
- Sulawesi Barat
- Sulawesi Selatan
- Sulawesi Tenggara
- Nusa Tenggara Barat
- Nusa Tenggara Timur
- Maluku Utara
- Papua Barat
- Papua.
Bagaimana dengan cuaca Jabodetabek?
Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, secara umum kondisi cuaca pada saat pemilu (14 Februari 2024) umumnya berawan pada pagi - siang hari, dan terdapat potensi hujan ringan di wilayah Jabodetabek saat siang dan menjelang sore hari.
Adapun untuk potensi cuaca penerbangan pada 10-15 Februari 2024, BMKG memonitor adanya potensi Awan Cumulonimbus (CB) dengan persentase cakupan spasial >75 persen (FRQ/ Frequent) terdapat di wilayah Riau, Selat Malaka bagian selatan, Kepulauan Batam, Kepulauan Lingga, Selat Berhala, Sumatera Selatan, perairan selatan Cianjur - Garut, Jawa Tengah, Laut Natuna, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Perairan Amamapare - Agats bagian selatan.
Baca Juga: Pahami Kenapa Petir Muncul: Proses, Penyebab, dan Cara Menghindarinya
Selain itu, BMKG juga memantau terkait potensi gelombang tinggi pada 10-15 Februari 2024 adalah sebagai berikut :
1. Potensi gelombang kategori sedang/moderate (1,25 - 2,50 meter) terdapat di perairan barat Kepulauan Mentawai, Samudra Hindia barat Kepulauan Mentawai hingga Lampung, Samudera Hindia selatan Banten hingga Jawa Tengah, Laut Natuna, Selat Malaka, perairan utara Sabang, Samudra Hindia selatan Banten hingga Bali - Lombok - Sumbawa.
Selanjutnya, Laut Sulawesi bagian barat, Selat Makassar bagian utara, perairan Kepulauan Anambas, Laut Sulawesi, perairan Kepulauan Sangihe-Talaud, Laut Maluku, perairan Halmahera, Laut Halmahera, Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua, Laut Banda, Laut Flores, Laut Arafuru, perairan Kepulauan Babar - Tanimbar, serta perairan Kepulauan Sermata - Letti.
2. Potensi gelombang kategori tinggi/rough (2,5 - 4,0 meter) terdapat di Laut Natuna Utara, perairan Kepulauan Natuna, perairan Kepulauan Anambas, Laut Sulawesi bagian timur, perairan Kepulauan Sangihe-Talaud, perairan Halmahera, Laut Halmahera, dan Laut Arafuru.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini dan Besok di Jakarta (BMKG), Cek Updatenya!
Oleh karena itu, BMKG merekomendasikan kepada pihak-pihak terkait agar melakukan persiapan seperti, memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol, serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.
Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh, serta menguatkan tegakan/tiang, serta papan reklame/baliho agar tidak roboh tertiup angin kencang.
Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News