kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%
AKTUAL /

Biografi Pahlawan Nasional Ki Hajar Dewantara, Tokoh Pendidikan Nasional


Selasa, 30 April 2024 / 09:23 WIB
Biografi Pahlawan Nasional Ki Hajar Dewantara, Tokoh Pendidikan Nasional
ILUSTRASI. Biografi Pahlawan Nasional Ki Hajar Dewantara.

Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas diperingati setiap tanggal 2 Mei. Biografi pahlawan nasional Ki Hajar Dewantara pun adalah hal yang biasanya dicari masyarakat Indonesia di Hardiknas.  

Pasalnya, sejarah Hari Pendidikan Nasional diperingati sesuai dengan hari lahir Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara adalah pahlawan nasional yang berjuang untuk pendidikan di Indonesia. 

Selain itu, Hari Pendidikan Nasional juga diperingati sebagai sebuah momentum untuk kembali menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme bagi seluruh insan pendidikan.

Lantas, seperti apa biografi pahlawan nasional Ki Hajar Dewantara?  

Baca Juga: Lirik Lagu 2 Mei Hari Pendidikan Nasional dan Lagu Wajib Belajar untuk Hardiknas 2024

Biografi pahlawan nasional Ki Hajar Dewantara

Dirangkum dari laman resmi Kemendikbud, Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. 

Ki Hajar Dewantara berasal dari lingkungan keluarga Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta, yang merupakan salah satu kerajaan pecahan Dinasti Mataram selain Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran.

Ki Hajar Dewantara menamatkan sekolah di ELS (Sekolah Dasar Belanda), lalu melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) meski tidak tamat lantaran sakit. 

Baca Juga: Peran Pendidikan Formal serta Politik Etis Pada Masa Penjajahan

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai aktivis sekaligus jurnalis pergerakan nasional yang pemberani. 

Ki Hadjar Dewantara juga menjadi wartawan di beberapa surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Selain itu, pada 20 Mei 1908 ia sempat bergabung dengan Boedi Oetomo (BO) di Batavia (Jakarta) pada 20 Mei 1908. 

Namun, pada 25 Desember 1912, Ki Hadjar Dewantara keluar dari Boedi Oetomo dan mendirikan Indische Partij (IP) bersama Cipto Mangunkusumo serta Ernest Douwes Dekker atau Tiga Serangkai.

Baca Juga: Catat 74 Pusat UTBK-SNBT Tahun 2024 Beserta Alamatnya, Peserta PIlih yang Terdekat

Ki Hajar Dewantara dan Tiga Serangkai 

Ki Hajar Dewantara menyampaikan kritik terkait pendidikan di Indonesia yang kala itu hanya boleh dinikmati oleh para keturunan Belanda dan orang kaya saja melalui tulisan-tulisannya. 

Kemudian, pada 1913, Tiga Serangkai diasingkan ke Belanda karena tulisannya yang dianggap menghina pemerintah. 

Melalui Ki Hajar Dewantara, kata “Indonesia” dipakai di kancah internasional untuk pertama kalinya saat ia  mendirikan kantor berita dengan nama Indonesische Persbureau di Den Haag. 

Baca Juga: 29 Quotes dan Ucapan Selamat Hari Guru Sedunia 5 Oktober 2023, Yuk Unggah di Sosmed!

Di sisi lain, ia juga bergabung dengan Indische Vereeniging (IV) ketika di Belanda. Indische Vereeniging (IV) merupakan organisasi pelajar Indonesia di Belanda.

Pada 6 September 1919, Ki Hajar Dewantara dipulangkan ke tanah air. Lalu, dia mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta. 

Ki Hajar Dewantara juga telah mengajarkan filososi yang terkenal di dunia pendidikan yakni “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani” yang artinya “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”.

Setelah Indonesia merdeka, dia diangkat menjadi menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Pengajaran Indonesia di kabinet pertama di bawah pemerintahan Ir. Soekarno. 

Ia juga mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957. Namun, dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa ini, tepatnya pada tanggal 28 April 1959, beliau wafat di Yogyakarta.

Baca Juga: 7 Organisasi yang Berdiri pada Masa Pergerakan Nasional di Indonesia

Semboyan Ki Hajar Dewantara 

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 

Dirangkum dari laman Kemdikbud, Ki Hajar Dewantara mengajukan beberapa konsep pendidikan untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan, yaitu Tri Pusat Pendidikan:

  • Pendidikan keluarga; 
  • Pendidikan dalam alam perguruan; dan 
  • Pendidikan dalam alam pemuda atau masyarakat.

Baca Juga: Ucapan Hari Kebangkitan Nasional 2023, Ayo Kobarkan Semangat Kita

Selain itu, semboyan Ki Hajar Dewantara adalah “ Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”,. Ketiganya dapat diartikan sebagai berikut:

  • Ing Ngarso Sung Tulodho : Seorang pemimpin apabila di depan harus bisa memberikan contoh atau menjadi panutan bagi yang dipimpin (warga atau peserta didik).
  • Ing Madyo Mangun Karso : Seorang pemimpin apabila berada di tengah-tengah masyarakat harus bisa membangkitkan semangat atau memberi motivasi supaya lebih maju, atau lebih baik.
  • Tut Wuri Handayani : Seorang pemimpin apabila berada di belakang harus bisa mendorong yang dipimpin supaya senantiasa lebih maju. 

Dari ketiga semboyan Ki Hajar Dewantara tersebut yang paling banyak dikenal adalah Tut Wuri Handayani. 

Demikian biografi pahlawan nasional Ki Hadjar Dewantara yang menjadi tokoh di balik Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap 2 Mei. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×