kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%
AKTUAL /

Cara Tepat Mengatasi Step saat Anak Demam dan Penyebabnya


Selasa, 23 Januari 2024 / 17:03 WIB
Cara Tepat Mengatasi Step saat Anak Demam dan Penyebabnya
ILUSTRASI. Cara Tepat Mengatasi Step saat Anak Demam dan Penyebabnya.

Penulis: Tiyas Septiana

Cara Tepat Mengatasi Anak Step  -  Pada beberapa kondisi, anak bisa mengalami kejang atau step saat sedang demam. Ketika anak mengalami kondisi ini, Anda perlu memahami cara mengatasinya.

Mengutip situs Universitas Airlangga (Unair), kejang demam atau step adalah bangkitan kejang yang terjadi akibat peningkatan suhu tubuh. Kondisi ini terjadi ketika tubuh mengalami demam tinggi yang mendadak.

Riza Noviandi, dosen ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran Unair, mengatakan kejang demam banyak terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. 

Penyakit ini tidak berkaitan dengan kelainan di otak, gangguan elektrolit, maupun gangguan metabolik pada tubuh.

Baca Juga: Murah dan Penuh Nutrisi, Ini 8 Manfaat Rutin Makan Pisang Buat Kesehatan Tubuh

Jenis-jenis step

Dokter Riza menjelaskan, ada dua jenis kejang demam. Pertama, kejang demam sederhana yang terjadi hanya satu kali selama kurang dari 15 menit dalam sehari dan kejangnya berupa kejang general, yakni pada seluruh tubuh.

Jenis yang kedua adalah kejang demam kompleks yang memiliki gejala berlawanan dari kejang demam sederhana. 

“Kejangnya lebih dari 15 menit dan berulang serta berupa kejang fokal atau terjadi pada area tertentu,” ujarnya, dikutip dari situs Unair.

Penyebab kejang demam 

Dokter spesialis anak itu menyebut, tidak ada penyebab khusus anak dapat mengalami kejang demam. Namun, sistem tubuh anak yang cenderung imaturitas mengakibatkan ia mudah terkena rangsangan.

“Jadi anak belum bisa merespon dengan baik rangsangan-rangsangan dari luar, dalam hal ini otak. Kalau anak kena demam sedikit saja, sel-sel saraf yang sensitif itu akan terangsang untuk melepaskan gelombang yang tinggi sehingga terjadi kejang,” terang dr Riza.

Selain itu, terdapat faktor risiko lain kejang demam pada anak yaitu faktor keturunan atau riwayat keluarga dengan kejang demam serta anak yang sedang menderita gangguan otak.

Cara mengatasi step anak

Doktor Riza menjelaskan tips penanganan pertama apabila anak mengalami kejang demam. Salah satunya, orang tua bisa memiringkan posisi tubuh anak, kemudian membuka kancing baju anak.

“Hal yang harus diperhatikan adalah tetap tenang. Kalau misalnya anak posisinya dalam posisi duduk, bisa miring dan buka kancing baju yang menyesakkan supaya anak tidak tersedak,” paparnya.

Baca Juga: Memahami Proses Terbentuknya Urin di Dalam Organ Ekskresi Ginjal

Bagi anak yang pertama kali mengalami kejang demam, ia menyarankan agar segera ke pelayanan kesehatan. 

Sementara anak yang sudah pernah kejang demam sebelumnya bisa mengkonsumsi obat Diazepam sesuai dosis yang dianjurkan. Terdapat dua tipe pengobatan untuk pasien tertentu. 

Di antaranya, tipe obat intermiten yang diberikan sekali tempo dan tipe obat perawatan bagi pasien yang mengalami kejang demam berulang sebanyak empat kali dalam setahun. Terlebih, apabila kejang tersebut bersifat fokal.

Terkait tata laksana kejang demam, sambungnya, dilakukan jika memenuhi kriteria seperti demam tidak turun dalam waktu tiga hari. 

Selain itu, pasien yang mengalami diare, muntah, kejang fokal, atau gangguan neurologi. Maka dr Riza bisa merekomendasikan pemeriksaan darah, elektroensefalografi, CT scan, hingga MRI.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kejang demam berbeda dengan epilepsi sehingga orang tua tidak perlu panik. 

“Yang penting kita harus bisa mengenali kondisi anak. Apabila kejang pertama langsung bawa ke IGD karena memang masa-masa di bawah 5 tahun itu cukup riskan untuk perkembangan anak,” pungkas dokter yang bertugas di RSUD dr Soetomo itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×