Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Terjebak dalam toxic relationship atau hubungan yang tidak sehat dapat merugikan salah satu atau bahkan kedua pihak.
Kondisi tersebut tentu membuat hubungan satu dengan yang lainnya merasa nyaman dan aman. Sebaliknya hubungan yang tidak sehat bisa merugikan salah satu atau bahkan kedua orang tersebut.
Hubungan tidak sehat atau toxic relationship sering didengar oleh masyarakat dan bahkan cukup banyak masyarakat yang terjebak hubungan ini.
Toxic relationship bersumber dari situs Universitas Airlangga (Unair) adalah suatu hubungan atau relasi yang tidak sehat sehingga menimbulkan perasaan negatif.
Baca Juga: 7 Penyebab Kolesterol & 6 Ramuan Minuman untuk Mengatasinya
Karakteristik toxic relationship
Menurut Ayu Kartika, psikolog klinis dalam webinar yang digelar oleh Unair, definisi hubungan toksik sebenarnya sangat beragam.
Beberapa karakteristik hubungan tidak sehat seperti memaksakan kehendak, suka berbohong, bersikap terlalu curiga, hingga merendahkan pasangan.
Selain itu, kata Ayu, hubungan terkategori toksik apabila melibatkan kekerasan baik secara fisik, emosional, seksual, finansial, atau penelantaran.
Ia menyebut, keinginan untuk selalu bergantung (kodependensi) pada orang lain dan narsistik juga menjadi tanda seseorang menjalin hubungan tidak sehat.
“Jadi sebenarnya toxic relationship hanya istilah umum yang sering kita gunakan. Sebab ada banyak jenis hubungan tidak sehat dalam relationship spectrum,” kata Ayu, dikutip dari situs Unair (4/2).
Penyebab toxic relationship
Ia lalu menjelaskan penyebab seseorang terjebak dalam hubungan toksik, yakni adanya siklus trauma.
Kejadian di masa lampau yang tidak menyenangkan ternyata dapat mempengaruhi otak. Sehingga saat dewasa, tuturnya, orang cenderung menjalin hubungan yang serupa dengan pengalaman hidupnya.
“Sebagai ilustrasi, anak yang sering mendapatkan perlakuan kekerasan dari orang tua, maka ketika dewasa akan rentan terjebak dalam toxic relationship. Alasannya, karena mereka sudah familiar dengan situasi tersebut dan inilah yang dinamakan cycle of abuse,” terang Ayu.
Baca Juga: Daftar Vitamin untuk Penderita GERD, Minum Rutin untuk Atasi Nyeri
Tips keluar dari toxic relationship
Dampak akibat hubungan yang tidak sehat diantaranya gangguan sosial, ketidakmampuan emosional, bahkan perkembangan saraf terganggu.
Oleh karena itu, ia menyarankan bagi seseorang yang berada dalam hubungan toksik untuk berani keluar dari ikatan tersebut.
“Cari akar permasalahan yang menyebabkan kalian merasa mengalami hubungan tidak sehat, misalnya perasaan tidak dicintai, cemas, penolakan, dan lain-lain. Kemudian, jangan ragu untuk memutus lingkaran toksik,” ujarnya.
Ayu juga mengaku bahwa tahap pemulihan pasca perpisahan merupakan momen yang menyakitkan. Sehingga tak heran, banyak orang memilih bertahan dalam hubungan tidak sehat.
Setelah melewati tahap perpisahan, sambung Ayu, penting bagi seseorang meluangkan waktu untuk menyadari bahwa proses tersebut tidak mudah.
Selain itu, menilai kualitas hubungan sebelumnya dan mengenali kembali batasan personal.
“Jangan terburu-buru untuk bersikap reaktif, kita akui kalau tahap move on memang membutuhkan waktu. Dari sini, kita bisa menjadikannya sebagai pelajaran saat menjalin hubungan ke depan,” imbuh co-founder Seven Sense Learning Support Center itu.
Refleksi diri,juga dapat dilakukan dengan menerapkan teknik mindfulness. Selain itu, mengenali strategi coping yang sehat seperti olahraga, latihan relaksasi, validasi emosi, dan journaling. Proses ini dapat mempermudah seseorang pulih secara emosional.
Terakhir, definisikan kembali makna cinta yang ingin dibangun dalam relasi baru. Ayu berpesan kepada pasangan yang pernah terjebak dalam hubungan toksik agar menyembuhkan diri terlebih dahulu. Dengan begitu, maka mencegahnya agar tidak menjadi pelaku dari lingkaran toksik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News