Reporter: Siti Masitoh | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Nilai tukar rupiah masih berada dalam tren pelemahan, meski pada perdagangan Rabu (19/11/2025) rupiah spot tercatat menguat tipis 0,26% ke level Rp 16.708 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 16.751 per dolar AS. Tekanan terhadap rupiah disebut masih kuat akibat kondisi eksternal.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyebut penyebab utama pelemahan ini adalah ketidakpastian ekonomi global yang semakin meningkat.
Ketidakpastian tersebut memicu penguatan indeks dolar (DXY) dan masih tingginya imbal hasil obligasi AS atau US Treasury bond.
“Sehingga tentunya ini mendorong terjadinya risk-off di pasar emerging market, termasuk di Indonesia, dan ini juga mengakibatkan inflow yang masuk di emerging market itu juga terbatas.” tutur Destry dalam konferensi pers, Rabu (19/11/2025).
Destry menambahkan, situasi ini membuat rupiah bersama sejumlah mata uang negara lain mengalami pelemahan sejak Oktober 2025. Berdasarkan pergerakan quarter to date (QTD) kuartal IV 2025, rupiah tercatat terdepresiasi 0,48%.
Baca Juga: Fenomena Aneh Rupiah 2025: Ekonomi Melesat, Mata Uang Justru Tumbang
Sementara itu, peso Filipina mencatat pelemahan 1,34%, baht Thailand 0,21%, dan won Korea melemah lebih dalam hingga 4,25%. Menurutnya, volatilitas pasar masih terus berlangsung dan perubahan harian dapat terjadi cukup dinamis.
“Sebagai contoh hari ini, hari ini kita lihat pasar regional itu relatif menguat. Termasuk rupiah, hari ini rupiah menguat 0,26%, kemudian Filipina 0,25% dan Thailand 0,11%. Ini hanya beberapa contoh dari beberapa piece currency yang dekat dengan kita,” ungkapnya.
Untuk merespons kondisi pasar yang masih bergejolak, BI mengatakan telah melakukan berbagai langkah stabilisasi. Intervensi dilakukan secara terukur di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) di luar negeri maupun domestik, termasuk untuk kebutuhan forward dan hedging. Intervensi di pasar spot juga telah dijalankan, tetapi dinilai masih perlu diperkuat.
Tonton: Redenominasi Rupiah: Perubahan Besar, Risiko Besar?
“Jadi apa yang kemudian dikembangkan oleh kami adalah lebih sifatnya juga memang struktural, yaitu bagaimana kami memperdalam pasar valas di domestik,” jelasnya.
Kesimpulan:
Rupiah masih bergerak dalam tren pelemahan meski sempat menguat tipis, dengan tekanan utama berasal dari ketidakpastian global, penguatan dolar AS, dan tingginya yield obligasi AS yang mendorong aliran modal keluar dari pasar emerging market. Bank Indonesia telah melakukan berbagai bentuk intervensi dan stabilisasi, namun volatilitas pasar yang masih tinggi menunjukkan perlunya penguatan struktural termasuk pendalaman pasar valas domestik.
Selanjutnya: Pertumbuhan Kredit Industri Bank Masih Jauh dari Target
Menarik Dibaca: 20 Link Twibbon Hari Anak Sedunia 2025 Terbaru dan Gratis Desain Kreatif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













