Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Menurut badan cuaca pemerintah AS pada Kamis (8/2/2024), pola cuaca La Nina yang ditandai dengan suhu dingin yang luar biasa di Samudera Pasifik dapat muncul pada paruh kedua tahun 2024, menyusul tahun El Nino yang kuat.
Melansir Reuters, pola ini biasanya menyebabkan curah hujan lebih tinggi di Australia, Asia Tenggara, dan India, serta cuaca yang lebih kering di wilayah penghasil biji-bijian dan minyak sayur di Amerika.
“Meskipun perkiraan yang dibuat selama musim semi cenderung kurang dapat diandalkan, ada kecenderungan historis bahwa La Nina terjadi setelah peristiwa El Nino yang kuat,” kata Pusat Prediksi Iklim (CPC) Badan Cuaca Nasional AS.
Pola cuaca El Nino saat ini, yang menyebabkan cuaca panas dan kering di Asia serta hujan yang lebih deras dari biasanya di sebagian wilayah Amerika, kemungkinan besar akan berubah menjadi kondisi netral selama April-Juni 2024, kata CPC.
CPC mengatakan dalam perkiraan bulanannya, ada kemungkinan 55% kondisi La Niña akan terjadi antara bulan Juni dan Agustus.
“La Nina kemungkinan besar akan mempengaruhi produksi gandum dan jagung di AS, serta kedelai dan jagung di Amerika Latin termasuk Brazil,” kata Sabrin Chowdhury, kepala komoditas di BMI.
Baca Juga: El Nino di Indonesia Mulai Melemah, Ini Potensi Hujan di Februari 2024
Tahun lalu India, pemasok beras terbesar di dunia, membatasi ekspor bahan pokok tersebut setelah musim hujan yang buruk. Sementara, produksi gandum di negara eksportir terbesar kedua, Australia, terpukul.
Perkebunan kelapa sawit dan pertanian padi di Asia Tenggara menerima curah hujan yang lebih sedikit dibandingkan biasanya.
“Perkembangan La Nina bermanfaat bagi monsun India. Biasanya, monsun memberikan curah hujan yang melimpah selama tahun-tahun La Nina,” kata seorang pejabat Departemen Meteorologi India.
Baca Juga: Tangerang Jadi Wilayah Terpanas Pekan Lalu, Capai 36 Derajat Celcius
Musim hujan pada bulan Juni-September, yang sangat penting bagi perekonomian India senilai US$ 3 triliun, membawa hampir 70% curah hujan yang dibutuhkan negara itu untuk mengairi tanaman dan mengisi kembali waduk dan akuifer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News