kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%
AKTUAL /

Apa Itu Stunting? Ini Langkah Cegah Stunting dan Menu MPASI Anti Stunting


Rabu, 06 Desember 2023 / 06:22 WIB
Apa Itu Stunting? Ini Langkah Cegah Stunting dan Menu MPASI Anti Stunting
ILUSTRASI. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/Spt.

Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Stunting menjadi kata yang sering disebut di media dan media sosial akhir-akhir ini. Pasalnya, pencegahan stunting menjadi salah satu program yang digaunkan dalam pemilihan presiden 2024. Namun, sebenarnya apa itu stunting? 

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. 

Hal itu mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.

Baca Juga: Asam Folat Baik Buat Ibu Hamil, Cek Manfaat, Dosis, dan Efek Sampingnya  

Penyebab stunting terutama asupan nutrisi yang tidak adekuat dan atau infeksi berulang atau kronis yang terjadi dalam 1000 hari pertama kehidupan atau HPK. 

Meski salah satu ciri stunting adalah anak bertubuh pendek, namun anak bertumbuh pendek belum tentu stunting. Untuk itu, perlu pemeriksaan lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Stunting adalah masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting.

Baca Juga: Upaya Mengentaskan Stunting di DKI Jakarta

Dampak Stunting pada Anak

Dampak stunting

Dirangkum dari laman Kementerian Keuangan, dampak stunting ada dua yakni dampak jangka panjang dan juga ada jangka pendek. 

Dampak stunting jangka pendek yaitu terganggunya perkembangan otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolisme pada tubuh.

Hasil perkembangan otak pada usia dua tahun, di mana nutrisi memainkan peran besar, sangat menentukan kapasitas mental seseorang sepanjang sisa hidupnya

Sedangkan untuk dampak stunting jangka panjang yaitu mudah sakit, munculnya penyakit diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke, disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat produktivitas menjadi rendah.

Baca Juga: Otsus Papua, Pemprov Papua Barat Daya Fokus di Kemiskikan Ekstrem dan Stunting

8 Langkah pencegahan stunting

Dirangkum dari laman Kemenkes dan UNICEF, berikut 8 cara atau langkah pencegahan stunting:

1. Memberikan nutrisi seimbang

Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.

Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.

Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.

Baca Juga: Polusi Udara Buruk Berpotensi Meningkatkan Angka Stunting

2. Edukasi ke orang tua

Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita.

Dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.

3. Menyusui

Lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Menyusui dalam waktu satu jam setelah kehidupan akan melindungi bayi baru lahir dari infeksi dan mengurangi risiko kematian. 

Baca Juga: Tekan Stunting, Prabowo Janji Menganggarkan Rp 400 Triliun untuk Makan Siang Anak

4. ASI ekslusif

Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.

5. Imunisasi 

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah.

Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.

Baca Juga: Dukung Program Hari Ikan Nasional, STP Adakan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan

6. Sanitasi dan akses air bersih 

Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.

7. Memberikan vitamin A

Asupan rutin suplemen vitamin A setelah usia enam bulan dapat mengurangi kematian pada balita hingga hampir seperempat di daerah yang kekurangan vitamin A.

8. Memberi Suplemen

Asupan rutin suplemen zat besi dan obat cacing dapat melindungi anak-anak dari kekurangan zat besi, anemia, dan perkembangan yang buruk.

Selain itu, anak-anak juga dapat terlindungi dari gizi buruk dan anemia melalui suplementasi zat besi dan asam folat mingguan yang diawasi, pemberian obat cacing dua kali setahun. 

Serta konseling untuk memperbaiki pola makan mereka, dan pemberdayaan untuk tetap bersekolah dan menghindari pernikahan dini dan kehamilan.

Baca Juga: Atasi Stunting, FKM UI &Indofood Luncurkan Platform Learning Center bagi Nakes &Kader

Menu MPASI cegah stunting


MPASI Menu Stunting

Seseorang membutuhkan sekitar 40 nutrisi berbeda untuk tumbuh, berkembang, dan tetap sehat. 

Dirangkum dari laman UNICEF, kebutuhan nutrisi tersebut dapat dicapai dengan konsumsi makanan yang cukup beragam, antara lain: 

  • ASI
  • Makanan sumber nabati (sayuran, buah-buahan, bahan pokok)
  • Makanan sumber hewani (susu, telur, ikan, daging), dan
  • Makanan yang diperkaya, serta variasi makanan dari setiap kategori kebutuhan untuk dikonsumsi (de Pee, 2009)
  • Apabila variasi makanan tersebut tidak dapat diperoleh, misalnya karena keterbatasan keuangan atau tidak tersedia, makanan yang difortifikasi seperti bubur bayi secara khusus mungkin diperlukan untuk mengisi kesenjangan nutrisi. 

Baca Juga: Benarkah Rokok Menyebabkan Stunting? Begini Hasil Riset Universitas Brawijaya

Namun, berikut adalah beberapa contoh menu cegah stunting bisa dibuat di rumah dengan makanan keluarga atau makanan matang:

1. Bayi 6-8 bulan

Bahan matang:

  • Nasi putih 30 gr
  • Dadar telur 35 gr
  • Sayur kare wortel tempe 20 gr

Cara membuat:

  • Nasi, telur dadar, tempe dan wortel dilumatkan kemudian disaring 
  • Ditambahkan kuah sayur atau santan sampai mendapatkan konsistensi bubur kental 
  • Sajikan

Baca Juga: Hari Kesehatan Nasional Pacu Komitmen Grup MIND ID Lawan Stunting

2. Bayi 9-11 bulan

Bahan matang:

  • Nasi putih 45 gr
  • Ikan kembung bumbu kuning 30 gr
  • Tumis buncis 25 gr

Cara membuat:

  • Nasi, ikan kembung bumbu kuning, dan tumis buncis dicincang
  • Sajikan dengan kuah sayur atau santan kare

Baca Juga: Tekan Stunting, Prabowo Janji Menganggarkan Rp 400 Triliun untuk Makan Siang Anak

3. Anak 12-23 bulan 

Bahan matang:

  • Nasi putih 55 gr
  • Semur hati ayam 45 gr
  • Bening bayam 20 gr

Cara membuat:

  • MPASI untuk anak 12 hingga 23 bulan disajikan dalam bentuk makanan keluarga atau dicincang agak besar jika diperlukan

Demikian penjelasan mengenai stunting, cara mencegah stunting, dan menu stunting. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×