kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.440.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.339   1,00   0,01%
  • IDX 7.829   -2,64   -0,03%
  • KOMPAS100 1.196   2,88   0,24%
  • LQ45 970   3,33   0,34%
  • ISSI 228   0,02   0,01%
  • IDX30 495   1,66   0,34%
  • IDXHIDIV20 597   3,35   0,56%
  • IDX80 136   0,44   0,33%
  • IDXV30 140   0,56   0,40%
  • IDXQ30 166   1,10   0,67%
AKTUAL /

Netahyahu Kesal Bukan Kepalang Terhadap Putin, Ini Pemicunya


Selasa, 12 Desember 2023 / 09:11 WIB
Netahyahu Kesal Bukan Kepalang Terhadap Putin, Ini Pemicunya
ILUSTRASI. Vladimir Putin dan Benjamin Netanyahu berbicara panjang lebar pada hari Minggu (10/12/2023). MENAHEM KAHANA/Pool via REUTERS

Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara panjang lebar pada hari Minggu (10/12/2023). 

Perbincangan keduanya terjadi ketika ketegangan antara kedua pemimpin meningkat terkait perang Israel-Hamas dan meningkatnya hubungan Rusia dengan Iran.

Melansir Bloomberg, dalam panggilan telepon selama 50 menit, Netanyahu mengutarakan kekesalannya dan mengkritik keras kerja sama berbahaya antara Rusia dan Iran. 

Menurut pernyataan dari kantor perdana menteri Israel, Netanyahu juga mengungkapkan ketidaksenangannya terhadap sikap Moskow yang tidak memihak Israel di PBB dan badan internasional lainnya.

“Perdana menteri menekankan bahwa negara mana pun yang akan mengalami serangan teroris kriminal seperti yang dialami Israel akan bertindak dengan kekuatan yang sama,” demikian menurut pernyataan itu.

Hubungan antara Rusia dan Israel berada di bawah ketegangan sejak Hamas menyerang komunitas Israel selatan dari Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu. 

Serangan tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 240 orang lainnya. Israel mengatakan Iran memikul tanggung jawab karena telah melatih dan mendanai militan Hamas.

Presiden Rusia mengkritik serangan balasan Israel dan serangan darat di Gaza. Kementerian Kesehatan di daerah kantong yang dikelola Hamas mengatakan, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 17.000 orang, angka yang dibantah Israel. 

Baca Juga: Sudah 18.205 Orang Tewas dan 49.645 Terluka Akibat Serangan Israel di Gaza

Hamas diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh AS dan Uni Eropa.

Pada hari Jumat, AS memveto resolusi Dewan Keamanan PBB, yang didukung oleh Rusia, yang menyerukan gencatan senjata di wilayah Palestina. 

Tekanan tersebut mencerminkan kekhawatiran internasional mengenai korban sipil dalam operasi militer Israel.

Rusia mengatakan, pembicaraan pada hari Minggu menekankan fokus pada situasi kemanusiaan yang sangat buruk di Jalur Gaza. Akan tetapi, pernyataan tersebut tidak menyebutkan kekesalan Netanyahu terhadap Putin.

"Putin menegaskan kembali posisinya atas penolakan dan kutukan terorisme dalam segala manifestasinya,” kata Kremlin. 

Kremlin menambahkan, “Pada saat yang sama, sangat penting bahwa melawan ancaman teroris tidak menimbulkan konsekuensi yang parah bagi penduduk sipil.”

Mengutip Jerusalem Post, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan kepada Forum Doha secara virtual bahwa negaranya “mengecam keras” serangan tanggal 7 Oktober.

Baca Juga: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Meminta Hamas Menyerah Sekarang Juga

"Kami percaya bahwa menggunakan peristiwa ini untuk hukuman kolektif terhadap jutaan rakyat Palestina dengan penembakan tanpa pandang bulu terhadap wilayah sipil tidak dapat diterima,” tegasnya.

Hamas telah menegaskan bahwa sekitar 17.000 warga Palestina telah terbunuh dalam kekerasan terkait perang Gaza. Israel mengatakan sekitar 7.000 teroris Hamas termasuk di antara korban jiwa tersebut.

Menurut Lavrov, resolusi Dewan Keamanan PBB seharusnya lebih kuat.

"Namun bahkan resolusi yang diveto pun ‘lebih baik daripada tidak sama sekali’," kata Lavrov seraya menyerukan masyarakat internasional untuk menekan Israel agar menghentikan perang.

“Orang Amerika sangat pandai dalam membatalkan budaya. Ketika mereka tidak menyukai suatu bagian dari sejarah atau peristiwa, mereka hanya membatalkan bagian yang mendahuluinya,” kata Lavrov.

Namun penting untuk mengingat apa akar konflik tersebut, karena ia menyalahkan Israel atas peristiwa yang terjadi sejak Perang Kemerdekaan tahun 1948.

Baca Juga: Penjualan Sorban Keffiyeh Palestina di AS Meroket

Ada alasan mengapa warga Palestina di Gaza merasa menjadi korban, kata Lavrov.

“Satu-satunya faktor paling berbahaya yang memicu ekstremisme di Timur Tengah adalah sifat negara Palestina yang belum terselesaikan,” katanya.

Lavrov tidak menanggapi ketika ditanya apakah dia munafik mengenai kritiknya terhadap Israel mengingat invasi Rusia ke Ukraina.

“Terserah Anda untuk menilainya,” katanya kepada wartawan yang mewawancarainya dari panggung Forum Doha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

×