kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,35   16,58   1.84%
  • EMAS1.325.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
AKTUAL /

Apa Itu Kejang dan Epilepsi Pada Anak? Ini Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya


Senin, 08 April 2024 / 18:00 WIB
Apa Itu Kejang dan Epilepsi Pada Anak? Ini Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya
ILUSTRASI. Epilepsi dan Kejang pada Anak

Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Epilepsi adalah suatu kondisi otak yang menyebabkan anak mengalami kejang berulang seiring berjalannya waktu.

Epilepsi adalah salah satu gangguan sistem saraf yang paling umum yang menimbulkan kejang. Penyakit ini menyerang anak-anak dan orang dewasa dari semua ras dan latar belakang etnis.

Kejang ini tidak bisa dikaitkan dengan penyakit jangka pendek (akut) seperti infeksi, atau cedera jangka pendek seperti cedera otak. 

Jika penyebab kejang berulang diketahui, maka disebut epilepsi simtomatik. Jika penyebabnya tidak diketahui, disebut epilepsi idiopatik.

Lalu, apa penyebab kejang berulang pada anak? 

Baca Juga: Daftar Manfaat Terong Ungu Untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui

Jenis kejang

Ada berbagai jenis kejang. Jenis kejang bergantung pada bagian mana dan seberapa luas otak yang terpengaruh serta apa yang terjadi selama kejang. 

Dua kategori utama kejang epilepsi adalah kejang fokal (parsial) dan kejang umum seperti dirangkum dari Nation Wide Childrens:

1. Kejang fokal (parsial)

Kejang fokal terjadi ketika fungsi listrik otak abnormal terjadi di 1 atau lebih area di salah satu sisi otak.

Sebelum kejang fokal, anak kemungkinan mengalami tanda-tanda bahwa kejang akan segera terjadi. Hal ini lebih sering terjadi pada kejang fokal kompleks. 

Tanda yang paling umum melibatkan dejavu, ketakutan, dan euforia. Anak juga bisa mengalami perubahan penglihatan, kelainan pendengaran, atau perubahan indera penciuman. 

Baca Juga: Gajah Ternyata Jarang Terjangkit Kanker, Bisakah Dijiplak Manusia?

Ada dua jenis kejang fokal yakni:

  • Kejang fokal sederhana: Gejalanya bergantung pada area otak mana yang terkena. Jika fungsi listrik otak yang tidak normal terjadi di bagian otak yang berhubungan dengan penglihatan (lobus oksipital), penglihatan anak mungkin berubah. 

Lebih sering, otot terpengaruh. Aktivitas kejang terbatas pada kelompok otot yang terisolasi. 

Misalnya, ini mungkin hanya mencakup jari atau otot yang lebih besar di lengan dan kaki. Anak mungkin juga berkeringat, mual, atau pucat. 

Namun, anak tidak akan kehilangan kesadaran pada kejang jenis ini.

Baca Juga: Jenis Anemia dan Gejala Khusus yang Menyertainya, Cari Tahu di Sini

  • Kejang fokal kompleks: Kejang jenis ini sering terjadi di area otak yang mengontrol fungsi emosi dan memori (lobus temporal). 

Anak kemungkinan besar akan mengalami perubahan kesadaran. Anak mungkin pingsan atau berhenti menyadari apa yang terjadi di sekitarnya. 

Anak mungkin terlihat terjaga, namun memiliki berbagai perilaku yang tidak biasa. Ini mungkin berkisar dari tersedak, menampar bibir, berlari, berteriak, menangis, atau tertawa. 

Anak mungkin lelah atau mengantuk setelah kejang. Ini disebut periode pasca-tiktal.

Baca Juga: Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir, Cek Cara Memperbanyak ASI

2. Kejang umum

Kejang umum terjadi di kedua sisi otak. Anak akan kehilangan kesadaran dan lelah setelah kejang (keadaan pasca-iktal). Jenis kejang umum meliputi:

Tidak adanya kejang: Kejang ini menyebabkan perubahan kesadaran dan pandangan sekilas. Anak kemungkinan besar akan mempertahankan postur tubuhnya. 

Mulut atau wajah mereka mungkin berkedut atau mata mereka berkedip cepat. Kejang biasanya berlangsung tidak lebih dari 30 detik. 

Ketika kejang selesai, anak mungkin tidak ingat apa yang baru saja terjadi. Mereka mungkin melanjutkan aktivitas seolah-olah tidak terjadi apa-apa. 

Baca Juga: Apakah Epilepsi Bisa Sembuh? Ini Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Kejang ini bisa terjadi beberapa kali sehari. Jenis kejang ini terkadang disalahartikan sebagai masalah pembelajaran atau perilaku. Kejang jenis ini dimulai antara usia 4 dan 12 tahun.

  • Kejang atonik: Dengan kejang atonik, anak tiba-tiba kehilangan tonus otot dan mungkin terjatuh dari posisi berdiri atau tiba-tiba menundukkan kepala. Selama kejang, anak akan lemas dan tidak responsif.
  • Kejang umum tonik-klonik (GTC): Bentuk klasik kejang jenis ini memiliki 5 fase berbeda. Tubuh, lengan, dan kaki anak Anda akan fleksi (berkontraksi), memanjang (meluruskan), dan gemetar (goyang). 

Baca Juga: Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir, Cek Cara Memperbanyak ASI

Diikuti dengan kontraksi dan relaksasi otot (periode klonik) dan periode postictal. Selama periode pasca-iktal, anak mungkin mengantuk. 

Mereka mungkin mempunyai masalah dengan penglihatan atau bicara dan mungkin mengalami sakit kepala yang parah, kelelahan, atau nyeri tubuh. 

Tidak semua fase ini terjadi pada semua orang yang menderita kejang jenis ini. 

  • Kejang mioklonik: Jenis kejang ini menyebabkan gerakan cepat atau sentakan tiba-tiba pada sekelompok otot. Kejang ini cenderung terjadi beberapa kali sehari, atau selama beberapa hari berturut-turut.

Baca Juga: Apakah Asam Urat Boleh Diurut? Intip Jawabannya di Sini

Penyebab kejang berulang pada anak 

Penyebab kejang terjadi ketika satu sama lebih bagian otak mengalami ledakan sinyal listrik abnormal yang mengganggu sinyal normal otak. 

Kejang bisa disebabkan oleh banyak hal mencakup:

  • Ketidakseimbangan bahan kimia otak pemberi sinyal saraf (neurotransmiter)
  • Genetika
  • Tumor otak
  • Stroke
  • Kerusakan otak akibat penyakit, infeksi, atau cedera, termasuk saat lahir
  • Obat-obatan atau obat-obatan terlarang

Kejang mungkin disebabkan oleh kombinasi dari hal-hal tersebut. Dalam kebanyakan kasus, penyebab kejang tidak dapat ditemukan.

Baca Juga: Banyak Anak-Anak Kena, Apa Penyebab Gondongan Di Leher? Cek Cara Menyembuhkannya

Gejala kejang pada anak 

Gejala kejang yang dialami anak bergantung pada jenis kejangnya. Gejala umum atau tanda peringatan kejang meliputi: 

  • Tatapan kosong
  • Gerakan menyentak pada lengan dan kaki
  • Tubuh kaku
  • Penurunan kesadaran
  • Masalah pernapasan atau berhenti bernapas
  • Hilangnya kontrol usus atau kandung kemih
  • Jatuh secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas, apalagi jika dikaitkan dengan hilangnya kesadaran
  • Tidak merespons kebisingan atau kata-kata untuk waktu yang singkat
  • Tampak kebingungan
  • Menganggukkan kepala secara ritmis, bila dikaitkan dengan hilangnya kesadaran
  • Periode mata berkedip dan menatap dengan cepat
  • Selama kejang, bibir anak mungkin menjadi biru dan pernapasannya mungkin tidak normal. Setelah kejang, anak mungkin mengantuk atau bingung.

Gejala kejang mungkin sama dengan gejala kondisi kesehatan lainnya. 

Baca Juga: Bisa Disebabkan oleh Diabetes, Apa itu Poliuria? Simak Gejala dan Penyebab Poliuria

Pengobatan kejang pada anak 

Tujuan pengobatan kejang pada anak adalah untuk mengontrol, menghentikan, atau mengurangi frekuensi terjadinya kejang. Perawatan paling sering dilakukan dengan obat-obatan. 

Banyak jenis obat yang digunakan untuk mengobati kejang dan epilepsi. Biasanya, obat kejang pada anak dikonsumsi secara rutin selama dua tahun. 

Setelah itu akan dilakukan evaluasi mengenai hasil pengobatan terhadap kejang. Sehingga, anak mungkin memerlukan atau tidak memerlukan obat seumur hidup.

Beberapa anak dihentikan pengobatannya jika mereka tidak mengalami kejang selama 1 hingga 2 tahun. 

Demikian penjelasan mengenai kejang pada anak. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×