kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.596.000   -9.000   -0,35%
  • USD/IDR 16.805   35,00   0,21%
  • IDX 8.644   106,34   1,25%
  • KOMPAS100 1.196   14,99   1,27%
  • LQ45 852   6,61   0,78%
  • ISSI 309   4,03   1,32%
  • IDX30 439   3,37   0,77%
  • IDXHIDIV20 514   3,08   0,60%
  • IDX80 133   1,39   1,06%
  • IDXV30 139   1,20   0,87%
  • IDXQ30 141   0,87   0,62%
AKTUAL /

Cuaca Ekstrem Mengintai hingga 2026, BMKG Bunyikan Alarm Nasional


Selasa, 30 Desember 2025 / 04:30 WIB
Cuaca Ekstrem Mengintai hingga 2026, BMKG Bunyikan Alarm Nasional
ILUSTRASI. BMKG memperingatkan potensi cuaca ekstrem hingga awal 2026 akibat La Niña lemah, siklon tropis, dan curah hujan tinggi di berbagai wilayah.? (Dok/BMKG.go.id)

Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan berlangsung hingga akhir tahun 2025 dan awal 2026.

Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menjelaskan, dinamika atmosfer global saat ini masih dipengaruhi fenomena La Niña lemah yang berdampak langsung pada peningkatan curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.

Menurut Faisal, suhu permukaan laut di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia terpantau lebih rendah dibandingkan perairan Indonesia yang justru lebih hangat. Perbedaan suhu ini memicu aliran massa udara menuju wilayah Indonesia dan membentuk awan-awan konvektif tinggi yang berpotensi menghasilkan hujan lebat.

“Situasi ini meningkatkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, bahkan sangat lebat di sejumlah wilayah,” kata Faisal dalam pemutakhiran kondisi cuaca dan iklim akhir tahun pada Rapat Koordinasi Apel Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi Basah, Senin (29/12).

BMKG mencatat, puncak musim hujan pada Januari terjadi di Sumatra Selatan, Pulau Jawa, Nusa Tenggara, Papua Selatan, dan Sulawesi Selatan. Sementara pada Februari, meski masih terdapat wilayah dengan curah hujan tinggi, kawasan pesisir timur Sumatra seperti Aceh, Sumatra Utara, Riau, dan Jambi mulai memasuki fase yang relatif lebih kering.

Baca Juga: Kelas Menengah Menyusut, Apindo Nilai UMP Tak Cukup Tahan Badai PHK

Wilayah ekuator diketahui mengalami dua kali periode hujan dan kemarau dalam setahun. Dalam konteks ini, BMKG juga mengingatkan potensi kebakaran hutan dan lahan pada Februari, khususnya di wilayah Sumatra Utara bagian tengah dan selatan.

Untuk intensitas hujan, kategori tinggi hingga sangat tinggi diprakirakan terjadi di Jawa Tengah. Curah hujan sangat tinggi dengan akumulasi sekitar 200 milimeter diprediksi terjadi di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Bali.

Dibandingkan rata-rata 30 tahun terakhir, curah hujan secara umum masih berada dalam kategori normal. Namun, pada Januari sejumlah wilayah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB) diprakirakan mengalami curah hujan di atas rata-rata 50 tahun terakhir.

BMKG juga terus memantau dinamika sistem siklon tropis di kawasan selatan Indonesia. Pada 25 Desember terdeteksi bibit siklon 96S yang kemudian berkembang dan pada 26 Desember ditetapkan sebagai Siklon Tropis Haily. Meski demikian, kecepatan anginnya belum mencapai 35 knot sehingga belum masuk kategori siklon kuat.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia 2026 Diproyeksi Kalah dari Target Pemerintah? Ini Penjelasannya

Selain itu, bibit siklon 98S juga terpantau di wilayah utara Australia pada 27 Desember 2025. Menurut Faisal, sistem siklon dapat dipantau sejak fase tekanan rendah hingga berkembang penuh selama sekitar lima hari hingga satu minggu, termasuk lintasan dan kategorinya.

Pemantauan dilakukan secara real time melalui kerja sama Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta dengan pusat pemantauan siklon di Australia, India, dan Jepang.

Dampak tidak langsung dari sistem siklon ini telah dirasakan di wilayah Bali, NTB, dan Nusa Tenggara Timur (NTT), berupa peningkatan intensitas hujan, angin kencang, serta gelombang laut setinggi 1,2 hingga 2,5 meter di perairan selatan Jawa, Bali, NTB, dan NTT.

BMKG menegaskan bahwa informasi cuaca dan peringatan gelombang tinggi bertujuan untuk melindungi keselamatan publik, bukan untuk menurunkan minat wisata.

“Yang terpenting adalah masyarakat dan pelaku wisata mendapatkan informasi terkini agar dapat beraktivitas dengan aman,” ujar Faisal.

Dalam catatan 55 tahun terakhir, Indonesia relatif tidak rawan terhadap siklon tropis karena pengaruh garis khatulistiwa yang melemahkan perputaran siklon. Meski demikian, sejumlah peristiwa tercatat, seperti Siklon Cempaka dan Dahlia pada 2017 di selatan Jawa, Siklon Seroja pada 2021 di NTT yang mencapai kategori dua, serta Siklon Senyar pada 2025.

Untuk periode 29 Desember hingga 24 Januari, BMKG merilis prakiraan hujan mingguan di 38 provinsi. Sekitar 57% wilayah Indonesia, terutama Sumatra Selatan dan Pulau Jawa, berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat dalam periode tertentu.

Tonton: Peringatan Dini BMKG Cuaca Ekstrem Akhir Tahun, Hujan Lebat hingga Gelombang Tinggi

Memasuki Januari, intensitas hujan diperkirakan berangsur menurun menjadi hujan ringan di sebagian wilayah.

Dalam peringatan dini tiga hari ke depan, BMKG mengingatkan potensi hujan sedang hingga sangat lebat, dengan zona sangat lebat diprakirakan terjadi di Aceh pada 31 Desember. Selain itu, angin kencang berpotensi terjadi di Kepulauan Riau pada 29 Desember, serta Bengkulu dan Sulawesi Selatan pada 30 Desember.

BMKG mengimbau masyarakat untuk rutin memantau informasi cuaca resmi, menyesuaikan aktivitas dengan kondisi cuaca, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, longsor, angin kencang, dan gelombang tinggi, terutama selama periode libur akhir tahun.

Kesimpulan

BMKG menegaskan bahwa potensi cuaca ekstrem masih akan membayangi Indonesia hingga awal 2026, dipicu oleh La Niña lemah, dinamika suhu laut, serta aktivitas siklon tropis di selatan wilayah Indonesia. Meski secara umum curah hujan masih tergolong normal, sejumlah daerah berisiko mengalami hujan sangat lebat, angin kencang, gelombang tinggi, hingga bencana hidrometeorologi, sehingga masyarakat dan pelaku usaha diimbau meningkatkan kewaspadaan dan terus memantau informasi cuaca resmi demi keselamatan aktivitas akhir tahun dan awal 2026.

Selanjutnya: Paragon Karya Perkasa (PKPK) Siap Akuisisi Tambang Baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

×