Reporter: Siti Masitoh | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Bank Indonesia memproyeksikan penjualan ritel Oktober 2025 tumbuh 4,3% yoy, didorong faktor musiman menjelang libur akhir tahun dan peningkatan optimisme konsumen.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan penjualan ritel pada Oktober 2025 mengalami peningkatan baik secara bulanan (mtm) maupun tahunan (yoy). Proyeksi ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang diperkirakan tumbuh 4,3% yoy, lebih tinggi dibandingkan 3,7% yoy pada bulan sebelumnya.
Faktor Musiman Dorong Penjualan
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, kenaikan penjualan ritel tersebut sebagian besar disebabkan oleh pola musiman menjelang libur akhir tahun dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) Natal.
“Faktor musiman menjadi pendorong kuat pada Oktober. Namun, tidak semua subsektor mengalami kenaikan merata; sandang serta peralatan informasi-komunikasi masih lemah,” ujar Josua kepada Kontan, Selasa (11/11/2025).
Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran BI, peningkatan terutama terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta barang budaya dan rekreasi, diikuti suku cadang dan aksesori kendaraan.
Baca Juga: Menuju Rupiah Baru: DPR Kawal RUU Redenominasi agar Aman bagi Masyarakat
Optimisme Konsumen Menguat
Meski didorong musim liburan, Josua menilai peningkatan ini juga mencerminkan perbaikan fundamental permintaan domestik.
Survei Konsumen BI menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober 2025 naik menjadi 121,2 dari 115,0 di bulan sebelumnya, menandakan rumah tangga tetap optimistis (indeks di atas 100 menandakan optimisme).
Kenaikan IKK tersebut didorong oleh:
- Persepsi positif terhadap penghasilan dan ketersediaan kerja,
- Peningkatan rencana pembelian barang tahan lama,
- Keyakinan terhadap stabilitas ekonomi jangka pendek.
Namun, Josua mengingatkan masih ada tanda kehati-hatian konsumen, terutama pada kelompok menengah atas.
Baca Juga: Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto: Pro Kontra & Alasan Istana
“Fondasi permintaan membaik, tetapi sebagian konsumen masih selektif dan menahan belanja besar,” ujarnya.
Ia mencatat, porsi pendapatan yang dibelanjakan menurun, sementara porsi tabungan meningkat, menunjukkan preferensi masyarakat untuk menabung di tengah ketidakpastian harga.
Prospek Menjelang Akhir Tahun
Penjualan ritel diperkirakan mencapai puncak pada Desember 2025, seiring momentum liburan dan perayaan akhir tahun. Harapan penjualan untuk tiga bulan ke depan juga meningkat, terutama menjelang momen keagamaan awal tahun 2026.
Josua menambahkan, ekspektasi kenaikan harga di periode Desember–Maret kemungkinan akan membuat sebagian pertumbuhan nominal berasal dari penyesuaian harga, bukan peningkatan volume riil.
“Setelah puncak musim liburan, tren penjualan biasanya kembali normal mengikuti siklus musiman,” jelasnya.
Tantangan ke Depan
Meski tren jangka pendek positif, Josua menilai peningkatan berkelanjutan masih sulit tercapai karena beberapa faktor struktural:
Ketimpangan antar subsektor – Peralatan informasi-komunikasi dan sandang masih mencatat kontraksi tahunan, sedangkan pertumbuhan lebih banyak didorong kebutuhan pokok dan rekreasi.
Kehati-hatian finansial rumah tangga – Kenaikan tabungan dan porsi cicilan tetap membatasi ruang konsumsi tambahan, terutama bagi kelompok berpendapatan tinggi.
Tonton: Ada Rencana Redenominasi Rupiah, Begini Kata Menko Airlangga
Sebaran pertumbuhan belum merata – Kota seperti Surabaya dan Banjarmasin mencatat pertumbuhan kuat, namun daerah lain justru melemah.
Ekspektasi inflasi jangka menengah – Kenaikan harga dalam 3–6 bulan ke depan berpotensi menekan daya beli riil, bila tidak diimbangi pengendalian harga pangan dan pasokan.
Dengan kondisi tersebut, pelaku ritel diperkirakan tetap berhati-hati dalam ekspansi menjelang akhir tahun, sambil memanfaatkan momentum musiman untuk menjaga kinerja penjualan.
Kesimpulan:
Kenaikan penjualan ritel pada Oktober 2025 menunjukkan sinyal positif bagi pemulihan konsumsi domestik, didorong oleh faktor musiman dan optimisme konsumen. Namun, pertumbuhan tersebut belum merata antar subsektor dan wilayah, sementara kecenderungan menabung masyarakat menandakan kehati-hatian terhadap prospek ekonomi ke depan. Keberlanjutan tren ini bergantung pada stabilitas harga serta strategi pelaku usaha dalam menjaga momentum belanja akhir tahun.
Sumber Data Pendukung
- Bank Indonesia (BI) – Survei Penjualan Eceran dan Indeks Keyakinan Konsumen
- Kementerian Perdagangan RI – Tren Konsumsi dan Ritel Nasional
- Kontan.co.id – Wawancara dengan Ekonom Permata Bank, Josua Pardede
Selanjutnya: Menuju Rupiah Baru: DPR Kawal RUU Redenominasi agar Aman bagi Masyarakat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













